Pada dasarnya, dipahami bahwa semakin tinggi bounce rate semakin buruk kualitas sebuah web/blog, dan semakin rendah bounce rate semakin bagus kualitasnya. Tapi apa sebenarnya bounce rate itu? Secara harfiah, kata “bounce rate” berarti rata-rata kelembaman atau tingkat kelambungan. Dalam kaidah website, bounce rate diartikan sebagai persentase kunjungan pada satu halaman dimana pengunjung masuk (landing page) dan kemudian pergi dari halaman tersebut (artinya pengunjung masuk ke sebuah halaman web/blog dan kemudian langsung pergi tanpa masuk atau membuka halaman lain pada web/blog yang sama).
Bounce rate adalah metrics (alat ukur) untuk mengetahui seberapa besar kualitas kunjungan pada sebuah web/blog. Metriks bounce rate seringkali kita temui pada alat atau tool penilai traffic website seperti Alexa Traffic Rank, Google Analytics, Compete Rank, dll. Google secara jelas menyebutkan bounce rate sebagai:
…the percentage of single-page visits or visits in which the person left your site from the entrance (landing) page.
Tingkat atau persentase bounce rate seringkali menjadi alat ukur atau pertimbangan advertiser untuk memasang iklan. Semakin besar kualitas kunjungan pada suatu website (atau semakin rendah bounce rate) semakin besar kesempatan untuk mendapatkan klien advertiser atau stakeholder lainnya. Bounce rate juga menjadi tolok ukur bagi webmaster untuk melihat kualitas kunjungan, yang berarti menunjukkan kualitas website yang dia kembangkan.
Faktor Bounce Rate
Pada dasarnya, faktor penyebab tingginya persentase bounce rate adalah pengunjung tidak atau kurang menemukan relevansi pada konten yang diinginkan. Dia kemudian segera pergi dari halaman dimana dia masuk tanpa meninggalkan jejak ke halaman-halaman lainnya. Namun demikian, faktor-faktor pasti yang dideteksi oleh pengukur bounce rate (baca: traffic tool seperti milik Alexa) adalah sebagai berikut:Pengunjung menekan tombol “back” pada browsernya.
Pengunjung menutup window/tab browser pada halaman yang dia kunjungi.
Pengunjung melakukan klik pada salah satu iklan.
Pengunjung melakukan klik pada salah satu link eksternal.
Pengunjung menggunakan search box di salah satu halaman yang dia kunjungi (biasanya eksternal, seperti Google Custom Search).
Pengunjung mengetikkan url baru pada browser yang sama.
Bentuk-bentuk aksi di atas akan menyebabkan pengunjung meninggalkan halaman web/blog dan dihitung sebagai bounce rate, dengan catatan dia baru saja landing atau masuk ke satu halaman saja tanpa membuka halaman-halaman lain.
Cara Menghitung Bounce Rate?
Alat atau tool otomatis untuk melacak kualitas traffic seperti Alexa atau Analytics tentu memiliki parameter yang jauh lebih detil sehingga dapat menghitung bounce secara lebih akurat. Tapi anda pun bisa memperkirakan tingkat bounce rate website/blog dengan formula sebagai berikut:Bounce Rate = Jumlah Kunjungan Pada Satu Halaman Saja/Total Jumlah Kunjungan
Sebagai contoh, jika dalam sebulan web anda mendapatkan 100.000 kunjungan, dimana 80.000 diantaranya adalah kunjungan pada satu halaman saja, maka tingkat bounce rate-nya adalah: 80.000/100.000 = 0.8 atau 80%. Anda bisa melakukan perhitungan ini pada total seluruh halaman website atau pada satu halaman saja.
Jelas bahwa:
Semakin kecil nilai atau persentase bounce rate, semakin bagus kualitas kunjungan ke sebuah website/blog.
Artinya pengunjung semakin tertarik dengan konten web maupun desain web (artikan desain sebagai rancangan navigasi) dan mayoritas dari pengunjung banyak yang ingin melihat halaman-halaman lain.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, untuk mengetahui tingkat bounce rate yang lebih akurat, gunakan tool seperti Google Analytics. Setelah menggunakan dan masuk ke Analytics, akses laporan metriks bounce rate, lihat “Bounce Rate report” di bawah Visitors > Visitor Trending > Bounce Rate.
Apa itu Bounce Rate Rendah?
Tingkat atau persentase bounce rate rendah adalah apa yang diidam-idamkan oleh setiap webmaster dan blogger. Berapakah persentase bounce rate rendah? 60%? 30%? Atau? Sayangnya, tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini. Yang dipertimbangkan sebagai bounce rate rendah sangat variatif, tergantung pada jenis website atau blog yang anda miliki, sumber atau referral yang mengirimkan traffic, dan lain sebagainya.Website berbasis konten seperti portal dan blog cenderung memiliki bounce rate rendah dibandingkan web toko online atau website berbasis produk lainnya, karena pengunjung cenderung ingin membaca lebih banyak konten/artikel yang menarik mereka. Sedangkan pada toko online, pengunjung memilih barang dengan cepat bahkan sudah mengetahui yang diinginkan, sehingga cenderung membuka/masuk satu halaman saja. Kemudian langsung membeli atau pergi jika tidak ada yang cocok. Inilah mengapa memiliki blog sangat penting untuk bisnis online.
Jika ingin memiliki gambaran pasti, ambil saja nilai 80% sebagai persentase bounce rate yang cukup tinggi, tentunya juga tergantung pada jenis website anda. Pertimbangkan nilai 40% – 80% sebagai bounce rate normal atau rata-rata dan nilai di bawah 40% sebagai metriks bounce rate yang sangat bagus. Dengan menentukan persentase tingkat bounce rate (tinggi, normal, rendah) sesuai dengan jenis website, anda dapat membuat target atau parameter bounce rate sesuai dengan yang anda inginkan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas website dan kualitas kunjungan ke website tersebut. Pada kesempatan ke depan, akan saya post tips dan trik mengurangi nilai bounce rate secara efektif.
Sumber